Berteduh di bawah
rapuhnya atap. Menatap gelap di hamparan dingin malam. Lalu tenggelam dalam
pandangan lemah lampu minyak. Hujan selalu membawa ingatan berat akan sebuah
arti pengorbanan. Ketika menerjangnya menjadi sebuah pilihan, atau hanya duduk
diam dengan kegelisahan. Hanya untuk sekedar melihat wajahnya yang masih
berarti meski rasa sudah mulai mati.
Hujan yang menyisakan
kepedihan. Bagi orang yang harus menggendong sepatunya agar tak soak dimakan
aliran derasnya. Bagi penjual yang harus meninggalkannya gerobaknya dihantam
petir demi berdiri di bawah gubuk tua usang. Bagi orang sepertiku, yang harus
menyelinap di bawah selimut dan menggulung semua pikiranku agar tak kena
rintikan basah hantaman memori akan kamu..
Seseorang di sana sedang
menggelar tikar. Meletakan teh manis di atasnya, agar tak tumpah ke ubin
mahalnya. Menambah gula yang semakin memaniskan teh pahit, mengaduknya dengan
jemari cantik seraya memberikannya kepadamu, ‘ini dia sayangku’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar