Sabtu, 11 Februari 2012

Teh Pahit Untukku Malam Ini


Berteduh di bawah rapuhnya atap. Menatap gelap di hamparan dingin malam. Lalu tenggelam dalam pandangan lemah lampu minyak. Hujan selalu membawa ingatan berat akan sebuah arti pengorbanan. Ketika menerjangnya menjadi sebuah pilihan, atau hanya duduk diam dengan kegelisahan. Hanya untuk sekedar melihat wajahnya yang masih berarti meski rasa sudah mulai mati.


Hujan yang menyisakan kepedihan. Bagi orang yang harus menggendong sepatunya agar tak soak dimakan aliran derasnya. Bagi penjual yang harus meninggalkannya gerobaknya dihantam petir demi berdiri di bawah gubuk tua usang. Bagi orang sepertiku, yang harus menyelinap di bawah selimut dan menggulung semua pikiranku agar tak kena rintikan basah hantaman memori akan kamu..


Seseorang di sana sedang menggelar tikar. Meletakan teh manis di atasnya, agar tak tumpah ke ubin mahalnya. Menambah gula yang semakin memaniskan teh pahit, mengaduknya dengan jemari cantik seraya memberikannya kepadamu, ‘ini dia sayangku’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar