Pertanda embun datangnya
pagi
Pertanda panas di pelukan
siang
Pertanda senja di
hamparan sendu
Merindu. Merinding bulu
kudukku tiap mengingatmu
Segumpal cahaya mesra
menyambut tak kala mata berpapas satu-satu
Dua ke dua, tiga ke tiga,
empat ke empat lalu hilang
Merapat dalam dinginnya
malam diselimuti harapan fana cinta
Kau begitu menggoda
Sitik usang membelai
kafana debu
Merajut dalam rintik elok
muka
Bukan begitu maksudku
Hanya sedikit khawatir
kalau-kalau kau menancapkannya terlalu dalam
Luka, perih, sakit, lalu
kronis
Aku yang mati, tau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar