Untuk kamu, pemilik
senyum dingin yang menghangatkan. Yang kini berada jarak 10 ubin dari
pandangan mataku. Yang sedang duduk
santai seraya mengetik keyboard bb-mu.
Yang kini semakin menawan dengan rambut gondrong hitam menutup sebagian
telingamu. Yang menjadi penyayang 1
bulan lalu, kemudian stranger untuk
beberapa menit terakhir.
Untuk kamu, pemilik
senyum dingin yang menghangatkan. Yang suka menyendiri di keramaian. Yang suka
terlambat setiap kali datang. Yang suka merindu setiap kali ditinggal.
Untuk kamu, pemilik
senyum dingin yang menghangatkan. Yang selalu indah di setiap pertemuan. Yang selalu
meradang tiap kali kesalahan. Yang selalu aku rindu tiap kali kencan.
Senyum adalah arti
banyak. Dingin adalah es yang membeku. Bibirmu membeku tiap tersenyum, tapi
sinyal merah itu menyampaikan rasa hangat bagiku. Mungkin dingin, atau pertanda
bisu. Tak tahu... aku hanya suka senyummu, meski sedikit yang ku tahu, ada
kesesakan di sana.
Jadi biarlah aku berucap.
Aku hidup dengan ekspektasi sebuah kepastian, kamu mengasumsikan sebuah permainan,
kemudian mengkontribusikan sebuah pertikaian. Lalu kita menusuk sendiri, sakit
sendiri, dan meraung sendiri.
Untuk kamu, pemilik
senyum dingin yang menghangatkan. Yang suka tersenyum malu sambil menyapa, aku
lihat kamu malam kemarin. Melihat mereka yang mulai mencair. Karena dingin itu
berkurang, memudar, seperti senyummu yang kudambakan. Sudah hilang.....
Untuk kamu, pemilik
senyum dingin yang menghangatkan. Yang pernah kuharapkan mengirim sepotong
cokelat untukku. Karena ini hari Valentine... Selamat hari Valentine...